Welcome


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Selasa, 12 April 2011

KEHIDUPAN ALA FISIKA

Oleh: Afif Fadilaeni

Banyak orang berpikir jika ilmu fisika tak berguna untuk menjelaskan teori-teori kehidupan. Hal itu dikarenakan mereka sudah under estimate terlebih dahulu terhadap fisika. mungkin karena sudah dibuat pusing oleh rumus-rumus fisika. Tetapi jika kita cermati, sesungguhnya ilmu fisika banyak mengambil teori-teori yang menggambarkan kehidupan. salah satunya adalah rumus elastisitas benda padat atau yang lebih dikenal modulus elastisitas young.
yakni modulus young(Y) sama dengan strees dibagi strain. stress itu sendiri adalah gaya (F) dibagi luas (A). dan strain adalah perubahan panjang (∆L) di bagi panjang semula(L). Atau dapat ditulis
Y = (F/A) / (∆L/L)
(∆L/L) = (F/A) / Y
Lihat lah  perubahan tingkah laku manusia dalam kehidupan sebagi (∆L/L), kemudian kehidupan manusia itu sendiri adalah Y, dan (F/A) sebagi reaksi jiwa.
jika manusia mengalami reaksi jiwa berupa perasaan stress (F/A) atau tertekan pasti dalam kehidupannya (Y) akan terjadi perubahan tingkah laku  (∆L/L) untuk melampiaskan kesetreesannya.
dari hubungan itu dapat dilihat ketika  (∆L/L) = 0 nilai (Y) adalah tidak ada, itu artinya ketika tak ada perubahan tingkah laku, manusia dikatakan mati.
kemudian apa bila  tingkat kesetreesannya tinggi mencapai tak hingga dengan tanpa diimbangi perubahan tingkahlaku(proses pemulihan keadaan jiwa)  (∆L/L) atau =tetap  nilai (Y) banyak sekali yang tak hingga juga, itu artinya kehidupanya menjadi strees dan gangguan jiwa.


so jangan sampai kesetresaan anda tidak dibarengi dengan [peerubahan tingkah laku, barengilah kesetresan anda yang meningkat dengan kegiatan-kegiatan refresing agar anda tak sampai jadi gila.....!

Minggu, 03 April 2011

pikirran kritis untuk pendidikan indonesia

telah banyak kesadaran diri dari pelaku pendidikan bahwa pendidikan yang ada di indonesia saat ini masih jauh dari kata berhasil. malah cenderung tanpa arah yang jelas. yang ada hanya pemaksaan kurikulum terhadap siswa. padahal seharusnya kurikulum lah yang menyesuaikan siswa. akibat dari itu, siswa indonesia seolah jadi mesin dalam pendidikan, yang mereka harus dituntut untuk menghafal, terpaku teori, dan hanya menerima dari satu arah. setelah ini terjadi siapa yang salah?
sistem pendidikan, penyelenggara pendidikan, atau pelaku pendidikan??? yang jelas dari pemerintah sendiri sebagai penyelenggara pendidikan seolah, mengamini degradasi pendidikan ini, hal itu terlihat dari hanya kemampuan pertikaian soal anggaran pendidikan 20 % dari anggaran nasional. padahal itu belum cukup, harus ada langkah kongkrit . harus ada sistem yang bagus dan sesuai dengan budaya asli indonesia tapi tak melupakan era globalisasi, harus ada kesejahteraan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan, fasilitas merata di seluruh daerah, dan adanya standardisasi pencapaian yang baik dalam pendidikan.






by: